Syarat untuk Bersyukur

Si A melihat si B baru membeli rumah yang baru. Dalam hatinya, si A berkata "pasti hidup si B sangat menyenangkan dan aku akan lebih bersyukur jika bisa seperti si B yang punya rumah baru yang megah dan bagus". Si B melihat A selalu terlihat sehat dan bugar, dalam hatinya dia berkata, "alangkah bahagianya hidup si A, bisa hidup sehat dan selalu bugar. Saya akan lebih bersyukur jika saya seperti si A yang selalu sehat dan tak perlu rutin ke rumah sakit untuk cuci darah" 

Si C melihat si D baru punya momongan dan berkata dalam hatinya, "alangkah bahagianya mereka, keluarga mereka terberkati. Pasti mereka selalu berbahagia dengan  anak anak mereka. Saya pasti akan sangat bersyukur jika saya punya anak seperti keluarga mereka". Si D melihat si C dan berkata dalam hatinya, "Saya akan sangat bersyukur jika hidup rukun seperti si C dan istrinya. Mereka terlihat selalu saling mendukung dalam situasi apapun"

Rasa syukur sering kali hilang karena adanya syarat syarat tertentu. Saya menetapkan syarat agar bisa bersyukur. Misalnya, "Saya pasti akan sangat bersyukur jika...". Pertanyaannya, apakah ketika syarat itu terpenuhi hidup saya akan dipenuhi rasa syukur? Sering kali tidak. Ketika syarat/kondisi itu tercapai, saya tidak serta merta bersyukur, melainkan langsung menetapkan syarat lain untuk bisa bersyukur. Alhasil, hidup saya hanya dipenuhi penyesalan karena tidak mampu mencapai kondisi ideal yang sejatinya tidak pernah tercapai. Kita sering kali menetapkan syarat untuk bersyukur dari kondisi orang lain yang kita rasa lebih baik dan lupa bahwa ada kondisi kita yang merupakan impian bagi orang lain.

Kita kadang lupa bahwa apa yang kita sesali, atau yang kita buang sebenarnya adalah apa yang menjadi impian orang lain. Kita menyesal karena menjalankan pekerjaan yang biasa saja dan ingin akan sesuatu yang lebih prestisius tapi pada saat yang sama ada orang lain yang merindukan pekerjaan yang kita miliki. Kita menyesal karena gagal masuk ke perguruan tinggi impian kita dan merasa usaha kita sia-sia tapi pada saat yang sama ada anak yang hanya bisa menatap gerbang sekolah dari kejauhan, mengimpikan sekadar duduk dan belajar di dalamnya.

Jangan tunggu segalanya sempurna untuk merasa cukup karena pasti kita akan menetapkan syarat baru untuk merasa cukup dan bersyukur. Tak ada manusia yang sepenuhnya puas dalam hidupnya. Akan selalu ada ruang kosong dalam hidup kita yang entah bagaimana selalu tak terisi penuh. Mulailah untuk bersyukur untuk sisi lain hidup yang jarang kita lihat atau bahkan kita abaikan.

Komentar

Postingan Populer