Pesona Ilmu Sosial
Salah seorang dosen ilmu politik UGM, Dr. Abdul Gafar Karim menjelaskan dengan epik tentang tugas ilmu sosial. Bagi saya itu adalah salah satu penjelasan yang paling bagus. Katanya, “Tugas ilmu sosial antara lain adalah mengajar hal-hal yang tak bisa dijelaskaan dengan ilmu non-sosial”. Dia kemudian menjelaskan dengan mengambil contoh sebilah keris. “Sebilah keris seperti ini punya penjelasan menarik dari sudut pandang metalurgi, misalnya. Tapi dia punya penjelasan yang jauh lebih menarik dari sudut pandang ilmu filsafat, ilmu sejarah, bahkan analisis kelas. Ilmu sosial menjelaskan keris ini lebih tuntas dan memukau”.
Kemudian, di kolom komentar postingan itu muncul satu komentar yang coba menghubungkan penjelasan di atas dengan mengambil contoh air. Tanpa diragukan, air adalah objek pembahasan dalam sains misalnya dari perspektif atom penyusunnya (ilmu kimia), dari fungsinya metabolisme tubuh (biologi), dan lain sebagainya.
Dalam ilmu sosial, air menjadi salah satu objek kajian yang sangat penting. Air menjadi salah satu faktor pembentuk peradaban. Dalam sejarah kita pernah belajar tentang peradaban lembah sungai Indus yang terkenal itu atau juga peradaban sepanjang sungai Nil. Air juga menjadi salah satu faktor penting dalam peralihan dari masa pemburu-pengumpul ke masa masyarakat agrikultur. Dengan peralihan itu, ledakan populasi terjadi, pekerjaan menjadi makin kompleks dan beragam, serta mulai muncul tingkatan sosial dalam masyarakat. Selain itu air juga memiliki peran politis. Beberapa negara yang memiliki keuntungan karena mudahnya akses air menjalankan politik air sebagai bagian penting dalam politik luar negeri mereka. Juga, dalam sejarah, banyak perang terjadi karena memperebutkan wilayah strategis yang salah satunya ditentukan oleh akses terhadap air. Singkatnya, dalam ilmu sosial air memiliki dimensi historis, sosiologis, bahkan politis. Ilmu sosial membuka banyak dimensi dari sebuah objek kajian.
Tentang ini saya ingat tentang sebuah masalah yang terjadi pada penduduk-penduduk desa di bagian delta sungai Nil di Mesir. Penduduk-penduduk di sana punya masalah penyakit yang cukup serius yaitu schistosomiasis. Penduduk yang terserang penyakit ini akan berperilaku seperti “zombie berjalan”. Setelah ditelusuri, sumber penyakit ini ada pada sumber air yang mereka gunakan. Sumber air itu berbentuk seperti danau karena air hanya mengalir masuk dan tidak keluar. Air di tempat itu sangat tercemar dan terkontaminasi dengan berbagai kuman penyakit namun penduduk tetap memanfaatkan sumber air tersebut. David Belasco, peneliti yang pernah berkunjung ke tempat itu pernah bercerita bahwa ia melihat orang mengambil air minum dari sumber itu padahal jelas-jelas di dalam sumber air itu ada bangkai hewan yang sudah membusuk.
Melihat hal itu, pemerintah setempat berkesimpulan bahwa sumber masalah di sana sangat jelas yaitu ketiadaan akses air bersih. Karena itu mereka bekerja sama dengan lembaga nirlaba untuk menyediakan akses air bersih untuk warga. Namun, setelah berjalan beberapa waktu, warga kembali menggunakan sumber air sebelumnya yang sangat tercemar. Setelah diperiksa, akses air bersih yang dibangun masih berfungsi sebagaimana mestinya. Lalu apa masalahnya? Nah di sinilah hal yang menarik muncul dan kemudiaan dibahas oleh David Belasco.
Dia melihat ada beberapa faktor sosial yang luput dari perhatian pemerintah setempat. Pertama, untuk mengakses air bersih warga perlu antre. Saat antre mereka tidak bisa saling ‘ngobrol’/gosip karena berada dalam barisan antrian. Namun kalau menggunakan air dari sumber lama yang tercemar mereka bisa sambil duduk berkumpul untuk mencuci dan mengambil air. Kedua, sumber air bersih yang baru dibangun berbau kaporit. Dalam masyarakat itu beredar gosip keliru bahwa bau air tersebut (bau kaporit) berasal dari bahan kimia yang mampu membuat mereka mandul. Ini membuat mereka takut dengan air tersebut.
Namun Belasco juga menemukan hal yang sangat menarik bahwa ketika hendak berdoa, warga di desa tersebut lebih memilih menggunakan air keran yang bersih untuk membasuh diri mereka sebelum masuk ke tempat ibadah. Ini sebenarnya peluang besar yang bisa dimanfaatkan untuk meyakinkan penduduk tersebut beralih dari air kotor ke air keran yang lebih bersih melalui kerja sama dengan pemuka agama di sana. Temuan Belasco ini sebenarnya memberikan insight bahwa ilmu sosial bisa membantu kita melihat permasalahan secara lebih kompleks.
Komentar
Posting Komentar